SERIBUPARITNEWS.COM,Dengan meredanya pandemi Covid-19 di berbagai penjuru dunia, awalnya semua optimis. Dan berharap ekonomi akan kembali membaik setelah terhindar dari krisis kesehatan berkepanjangan. Namun ternyata ada berbagai krisis baru yang bermunculan, akibat dampak anomali pasca pandemi. Terlebih adanya perang Rusia – Ukraina, serta naiknya tensi geopolitik dunia. Belum mereda semua, kita berjumpa dengan El Nino, yang membawa dampak pada lingkungan dan kehidupan. Kondisi ini juga berdampak kepada produk turunan kelapa.
“Kondisi produk turunan kelapa pada saat ini, baik di Indonesia maupun global, secara umum mengalami penurunan. Hal ini merupakan dampak melemahnya perekonomian global terutama di Eropa, China dan Amerika,”ungkap Alit Pirmansyah, Market and Statistic Officer, International Coconut Community (ICC). “Lanjutan dari pandemi dengan adanya perang di Eropa antara Ukraina dan Russia juga berpengaruh bagi pemasaran produk kelapa. Perang ini memunculkan pelemahan dalam sisi daya beli dari negara-negara Eropa dan perekonomian global sehingga berpengaruh terhadap penurunan permintaan. Produk kelapa yang masuk kategori produk non esensial terdampak,”tambah Alit.
“Kami mencatat di tahun lalu saja mengalami penurunan di atas 10% dari sisi nilai maupun volume di perdagangan internasional. Di tahun ini, kami perkirakan di kisaran 10% untuk penurunan perdagangan produk-produk turunan kelapa di tingkat global. Tapi saya tekankan sekali lagi ini secara umum. Karena memang untuk produk-produk turunan kelapa ini banyak sekali dan memang akan ada produk-produk tertentu yang tetap mengalami kenaikan,”jelas Alit.
“Untuk China, economic growth-nya memang agak merendah. Ini tentu berpengaruh terhadap daya beli mereka. Tapi karena mereka sangat membutuhkan kelapa, mereka tetap beli cuma mereka tidak bisa memberi insentif harga yang sebaik sebelumnya. Jadi, dari data enam bulan pertama tahun 2023 ini, China masih membeli dari kita, tapi harganya mereka turunkan. Dan volume juga semakin turun. Jadi, mungkin karena economic down di China, itu akan kelihatan sekali bahwa daya belinya menurun,”demikian menurut Amrizal Idroes, Wakil Ketua Bidang Kerja sama Kelembagaan HIPKI (Himpunan Industri Pengolahan Kelapa Indonesia).
El Nino yang sedang melanda dunia juga berdampak kepada kelapa. Menurunnya permukaan laut menyebabkan Terusan Panama susah dilalui, dampaknya biaya logistik produk ekspor (termasuk turunan kelapa) akan lebih mahal, karena kapal dengan tujuan Amerika harus memutar atau melakukan upaya lain. Beberapa area Indonesia yang menggunakan air sebagai media distribusi hasil panen kelapa juga terdampak. Karena air surut tidak bisa menyalurkan hasil panen kelapa.
“Kalau musim panas dan El Nino ini berlanjut, itu sangat berpengaruh ke performance kelapa untuk tahun depan. Jadi diperkirakan, jumlah kelapa tahun depan itu akan sedikit turun. Kalau ini terjadi, maka akan terjadi kelangkaan bahan baku. Sehingga akan menyulitkan petani dan industri kelapa dalam memenuhi targetnya,”ungkap Amrizal Idroes.
Berbagai krisis yang melanda dunia di atas tentu membawa dampak negatif bagi industri kelapa. Karena menurunnya permintaan, maka industri harus bisa mengatur langkah agar operasional tetap berjalan. Dan tentunya harus bisa menyesuaikan penyerapan bahan baku (kelapa) sesuai permintaan/penjualan produk jadi. Karena jika salah perhitungan akan berdampak negative bagi kelangsungan perusahaan.
Menurut Alit, dengan kondisi ini, pemerintah memiliki peran yang cukup penting dalam mendorong perkembahang sektor kelapa khususnya di Indonesia. “Selain dari sisi perdagangan kelapa yang mengalami penurunan di tingkat global, juga ada di sektor hulu bisa kita lihat bahwa kelapa di Indonesia ini produksinya dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Saya kira perlu intervensi atau kebijakan dari pemerintah agar tetap terjaga, minim tidak mengalami penurunan setiap tahunnya,”papar Alit.
“Kemudian dari sisi hilir, karena kita ketahui bersama dalam tingkat global sedang mengalami penurunan, kita sangat berharap ada kebijakan dari pemerintah untuk terus mempromosikan produk-produk turunan kelapa di Indonesia/di domestik. Juga mengeluarkan kebijakan yang berpihak kepada kelapa. Sehingga kita tidak hanya bergantung dengan pasar global/pasar internasional. Karena populasi kita cukup besar saya kira akan sangat positif jika konsumsi domestik turut ditingkatkan. Seperti halnya kita bisa belajar dari India dan Srilangka dimana konsumsi domestik mereka sangat tinggi, sehingga industri kelapanya berkembang dengan baik. Karena tidak bergantung dengan kondisi ekonomi global, “lanjut Alit.
Pemerintah juga bisa mengambil peran untuk mendukung eksportasi produk turunan kelapa. Sehingga bisa lebih bersaing di pasar internasional. Dukungan bisa melalui berbagai macam hal, baik kebijakan yang berpihak kepada industri kelapa dan memberi kemudahan kepada eksportir, memberikan subsidi bagi industri kelapa, pemberian insentif pajak, atau dukungan lainnya. “Pemerintah bisa melakukan market promotion yang informasinya bisa berguna bagi industri kelapa, juga kemudahan dalam memperoleh akses pasar. Kalau dalam kondisi sekarang, pemerintah bisa me-maintain domain-nya seperti promosi produk dan exibition yang dibiayai oleh pemerintah. Sehingga membantu program pemasaran,”tambah Amrizal Idroes.