(SeribuparitNews.com) Rohil– Kekecewaan warga Kabupaten Rokan Hilir terhadap kebijakan Pertamina Hulu Rokan (PHR) semakin memuncak. Setelah sebelumnya diketahui bahwa pengerjaan cutting box dialihkan ke luar daerah, kini masyarakat menilai langkah tersebut bukan hanya mencederai keadilan, tapi juga mengabaikan kesejahteraan warga lokal yang selama ini menggantungkan hidup dari proyek tersebut. Kamis 3 Juli 2025.
Sejumlah tokoh masyarakat dan pelaku usaha lokal menyebut bahwa pekerjaan pembuatan cutting box seharusnya bisa dengan mudah dikerjakan oleh para pengrajin di Rokan Hilir, yang sudah terbukti memiliki kapasitas dan pengalaman. Namun ironisnya, proyek tersebut justru diberikan kepada pihak luar yang berdomisili di Pekanbaru.
"Dimana letak keadilan dan tanggung jawab sosial PHR? Padahal pekerjaan seperti ini bisa dikerjakan oleh masyarakat kita sendiri. Tapi mengapa justru dialihkan ke luar daerah? Apakah warga Rokan Hilir hanya dianggap sebagai penonton di tanah sendiri?" tegas Rinaldi, seorang pengusaha kecil di Bagansiapiapi, Rabu 2 Juli 2025.
Menurut Rinaldi, kondisi ini memperlihatkan betapa minimnya keberpihakan PHR terhadap masyarakat tempatan. Ia mengaku banyak pengrajin lokal yang kini kehilangan penghasilan karena tersingkir dari proyek yang sebelumnya menjadi tumpuan ekonomi mereka.
"Sekali lagi kami tekankan: kami bukan minta belas kasihan, kami minta keadilan. Berikan pekerjaan kepada kami yang memang mampu dan sudah terbiasa mengerjakannya. Jangan perlakukan kami seolah-olah tidak ada kapasitas," ujarnya.
Kekecewaan serupa juga disampaikan oleh beberapa pemuda yang tergabung dalam kelompok usaha mikro. Mereka menilai kebijakan PHR sangat tidak mencerminkan semangat local empowerment yang selama ini sering digaungkan.
"Selama ini PHR banyak bicara soal pemberdayaan masyarakat lokal. Tapi nyatanya, ketika ada proyek nyata, justru orang luar yang diberi kesempatan. Ini bukan sekadar soal pekerjaan, ini soal harga diri dan keberpihakan!" kata Taufik, perwakilan pemuda dari Kecamatan Bangko.
Masyarakat kini mendesak PHR untuk segera mengevaluasi dan membatalkan kontrak pengerjaan cutting box yang melibatkan pihak luar. Mereka menuntut agar pekerjaan tersebut dikembalikan kepada pengrajin lokal Rokan Hilir, sebagai bentuk nyata dari komitmen pemberdayaan.
"Kalau PHR masih bersikukuh, kami siap turun ke jalan. Ini bukan ancaman, tapi bentuk perlawanan atas ketidakadilan yang sudah terlalu lama kami rasakan," tambah Rinaldi dengan nada tegas.
Sampai berita ini diturunkan, belum ada tanggapan resmi dari pihak Pertamina Hulu Rokan terkait tuntutan masyarakat tersebut. Pungkasnya (Red/Hakim)