Kuindra – Kepala Desa Perigi Raja, Murdi, SE, menyambut kedatangan mahasiswa dari Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK) Universitas Riau, Pekanbaru, yang datang ke Desa Perigi Raja dalam rangka melakukan penelitian tentang kepiting bakau dan alat tangkap tradisional Rabu (20/08)
Kunjungan ini menjadi momentum penting bagi pemerintah desa dalam mendukung kegiatan akademik yang berorientasi pada pelestarian sumber daya alam pesisir.
Murdi, SE, menyampaikan apresiasi dan rasa bangganya atas dipilihnya Desa Perigi Raja sebagai lokasi penelitian. Menurutnya, kegiatan tersebut menunjukkan bahwa potensi perikanan dan ekosistem mangrove di wilayahnya mendapat perhatian dari kalangan akademisi. “Kami merasa terhormat karena desa kami menjadi tempat penelitian. Ini bukti bahwa potensi kepiting bakau dan lingkungan pesisir kita diakui secara ilmiah,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Kepala Desa Murdi turut mendampingi para mahasiswa meninjau langsung kawasan mangrove tempat habitat kepiting bakau berkembang. Ia juga menunjukkan beberapa lokasi tangkapan yang biasa dimanfaatkan oleh nelayan setempat. “Kami ingin mahasiswa melihat langsung bagaimana masyarakat mencari kepiting dengan cara tradisional yang tetap menjaga kelestarian lingkungan,” tambahnya.
Murdi menegaskan bahwa pemerintah desa mendukung penuh setiap kegiatan yang berdampak positif bagi peningkatan ilmu pengetahuan dan kesejahteraan masyarakat. Ia berharap penelitian ini dapat menghasilkan rekomendasi yang berguna, terutama untuk pengelolaan sumber daya kepiting bakau secara berkelanjutan. “Harapan kami, hasil penelitian ini bisa membantu masyarakat mendapatkan cara tangkap yang lebih efisien tanpa merusak alam,” kata Murdi.
Selain itu, Kepala Desa juga menekankan pentingnya kolaborasi antara akademisi, pemerintah, dan masyarakat dalam menjaga keberlanjutan ekosistem pesisir. Ia menilai, keterlibatan mahasiswa tidak hanya memberikan manfaat akademis, tetapi juga memperkuat hubungan sosial dengan warga setempat. “Kegiatan seperti ini mempererat hubungan antara dunia kampus dan masyarakat desa. Kami sangat terbuka untuk kerja sama lanjutan,” ungkapnya.
Para mahasiswa FPK Universitas Riau pun tampak antusias mengikuti kegiatan lapangan tersebut. Mereka mempelajari cara tradisional masyarakat dalam mencari kepiting, mengenal jenis-jenis alat tangkap, serta berdiskusi langsung dengan nelayan mengenai tantangan yang dihadapi di lapangan. Murdi menyebut, interaksi ini menjadi pembelajaran dua arah yang berharga. “Mahasiswa belajar dari pengalaman warga, sementara warga juga mendapat wawasan baru dari pengetahuan kampus,” tuturnya.
Di akhir kegiatan, Murdi menyampaikan harapannya agar hasil penelitian ini dapat dituangkan dalam bentuk laporan dan rekomendasi yang bisa dimanfaatkan desa. Ia berencana untuk menjadikan hasil riset tersebut sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan program pemberdayaan nelayan dan konservasi mangrove. “Kami ingin menjadikan ilmu ini dasar kebijakan lokal, supaya masyarakat bisa maju tanpa mengorbankan lingkungan,” tegasnya.
Dengan dukungan penuh dari Pemerintah Desa Perigi Raja, kegiatan penelitian ini diharapkan menjadi awal dari sinergi berkelanjutan antara dunia akademik dan masyarakat pesisir. Murdi menutup kegiatan dengan pesan inspiratif, “Desa yang maju adalah desa yang mau belajar, bekerja sama, dan menjaga alamnya. Kami bangga menjadi bagian dari upaya itu.”