Jembatan Kayu yang Tak Pernah Usai,Cerita Warga Kotabaru Seberida Menantikan Infrastruktur Layak

Jembatan Kayu yang Tak Pernah Usai,Cerita Warga Kotabaru Seberida Menantikan Infrastruktur Layak

Keritang - Di Dusun Mulia, tepatnya di Jalan Syekh Abdurrahman Yaqub, Kotabaru Seberida Kecamatan Keritang, masyarakat kembali dihadapkan pada kenyataan pahit. Pada Kamis siang, 20 November 2025, awak media seribuparitnews.com melaporkan kondisi Jembatan Parit Landang yang kembali roboh dan anjlok setelah sebelumnya mengalami kerusakan sejak Senin, 17 November 2025. Bagi warga setempat, kejadian ini bukan lagi kabar mengejutkan, melainkan siklus yang berulang dari tahun ke tahun.

Jembatan ini merupakan akses utama yang menghubungkan aliran kendaraan roda dua, roda empat, hingga pejalan kaki, termasuk anak-anak sekolah yang setiap hari melintas. Dibangun pada era Orde Baru, jembatan-jembatan di wilayah selatan Inhil memang telah lama melewati masa ideal penggunaannya. Meski demikian, hingga kini belum juga digantikan dengan konstruksi beton yang kuat oleh pemerintah provinsi melalui Dinas PUPR Riau.

Perbaikan yang dilakukan selama ini hanya sebatas tambal-sulam menggunakan bahan seadanya. Batang kelapa dipasang sebagai penyangga utama, lalu ditutup papan sebagai lantai jembatan. Namun daya tahannya nyaris tak pernah lebih dari tiga hingga lima bulan. Pola perbaikan yang sama terus berulang tanpa solusi permanen, sementara arus kendaraan terus bertambah dari hari ke hari.

Masyarakat Kotabaru Seberida, termasuk para tokoh adat dan pemuka komunitas, berharap jembatan ini segera dibangun secara beton. Setiap menit mobil box dan truk kecil melintas membawa kebutuhan logistik masyarakat. Beban ini jauh dari ideal dengan kekuatan jembatan yang hanya mampu menahan 4–5 ton. Kekhawatiran paling besar selalu berputar pada keselamatan pengguna jalan.

Dari hasil pantauan di lapangan, kondisi jalan dan jembatan di wilayah ini memang menjadi persoalan serius. Banyak ruas jalan berlubang, amblas, dan tak layak dilintasi. Media lokal sudah berkali-kali mengangkat permasalahan ini, bahkan pemberitaan tentang Jembatan Parit Landang saja sudah puluhan kali muncul. Namun, realisasi pembangunan masih jauh dari harapan. Fenomena ini membuat warga hanya bisa mengelus dada, menatap jalan hidup mereka yang tak kunjung berubah.

Di tengah keterbatasan anggaran, warga kembali bergerak melakukan perbaikan darurat. Pilihan tetap jatuh pada material lama: batang kelapa. Namun untuk proses itu, alat berat tetap dibutuhkan. Di sinilah peran seorang tokoh lokal menjadi sorotan. Long Jai, pengusaha asli daerah yang dikenal luas di Kotabaru Seberida, turun langsung membantu dengan menurunkan alat berat miliknya tanpa biaya sewa.

Jika alat berat tersebut harus dirental, biayanya tentu tak sedikit. Hitungan per jam saja sudah cukup memberatkan warga yang hanya mengandalkan swadaya. Sikap Long Jai yang memutuskan membantu tanpa pamrih menjadi angin segar di tengah minimnya perhatian pemerintah. Warga menilai ia sebagai figur yang peduli dan memahami betul kebutuhan kampung halaman.

Upaya perbaikan yang dilakukan Long Jai bersama warga setempat menjadi bukti kuat bahwa masyarakat tidak tinggal diam. Mereka terus berusaha agar akses transportasi tidak terputus total. Meski masih sebatas perbaikan sementara, harapan tetap terjaga—harap bahwa suatu hari, jembatan yang kokoh dan layak akan benar-benar dibangun, dan masyarakat tak lagi hidup dalam kekhawatiran setiap kali hendak melintas.

 

Ikuti Seribuparitnews.com di GoogleNews

Berita Lainnya

Index