Tembilahan, – Memasuki hari kedua bulan Ramadan, Pelabuhan Tembilahan di Kabupaten Indragiri Hilir, Riau, dipadati warga yang kembali dari kampung halaman menuju kota.
Aktivitas mobilitas ini terjadi setelah masyarakat menghabiskan waktu libur dan momen puasa pertama bersama keluarga di daerah asal. Kini, mereka kembali ke Tembilahan untuk melanjutkan aktivitas pekerjaan di sektor perdagangan, jasa, dan informal.
**Kondisi Geografis Pengaruhi Pilihan Transportasi**
Faktor geografis menjadi alasan utama masyarakat memilih transportasi air. Sebagian besar wilayah Indragiri Hilir terdiri dari perairan, sungai, dan pulau-pulau kecil, membuat kapal speedboat menjadi moda transportasi paling efisien. Rute dari desa pesisir seperti Mandah, Batang Tumu, hingga pulau-pulau terdekat seperti Pulau Kijang dan Pulau Halang ramai melayani penumpang sejak pagi hari.
Salah seorang penumpang, Syaripudin (38), warga Desa Tokolan, Kecamatan Mandah, mengaku harus kembali ke Tembilahan meski baru sehari berpuasa. Pria yang bekerja sebagai staf administrasi di sebuah perusahaan swasta ini menyatakan, meski berat meninggalkan keluarga, tanggung jawab pekerjaan tak bisa diabaikan. “Puasa pertama inginnya di rumah, tapi besok sudah masuk kerja. Kantor di Tembilahan, jadi harus berangkat hari ini,” ujarnya sembari menenteng tas berisi bekal makanan dari keluarga.
Perjalanan menggunakan speedboat selama 1-2 jam menjadi tantangan tersendiri bagi warga yang berpuasa. Sejumlah penumpang mengaku mempersiapkan diri dengan konsumsi sahur bergizi dan menghindari dehidrasi. “Kami biasa beradaptasi. Meski lelah, semangat kerja harus tetap tinggi,” tambah Syaripudin. Para pengemudi speedboat juga menyediakan air mineral dan makanan ringan untuk penumpang, meski sebagian besar memilih menahan diri hingga waktu berbuka.
Tak hanya pekerja formal, para pedagang informal juga memanfaatkan momen Ramadan untuk kembali berjualan. Rosida (45), pedagang kue basah asal Pulau Cawan, mengaku mulai berjualan di Pasar Tembilahan sejak subuh. “Ramadan permintaan kue untuk berbuka tinggi. Saya harus kembali cepat agar tak kehilangan pelanggan,” tuturnya. Seperti Rosida, puluhan pedagang dari desa sekitar bergantung pada transportasi air untuk mengangkut barang dagangan.
Masyarakat berharap bisa menjalankan ibadah puasa dan kerja secara seimbang. Sejumlah masjid dan musala di Tembilahan menyiapkan program buka bersama gratis serta tarawih berjamaah untuk memudahkan perantau. “Semoga Allah memudahkan rezeki dan kesehatan agar puasa lancar,” ujar Syaripudin, mewakili harapan banyak warga.
Dengan semangat gotong royong dan adaptasi terhadap kondisi geografis, masyarakat Indragiri Hilir membuktikan bahwa Ramadan bukan halangan untuk tetap produktif, sambil menjaga kekhusyukan ibadah.