Pulau Burung – Babinsa Koramil 11/Pulau Burung, Sertu Ratno, memimpin patroli pencegahan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Desa Sungai Danai, Kecamatan Pulau Burung, Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), Minggu (11/5/2025). Kegiatan yang dilaksanakan pukul 09.00 WIB ini melibatkan personel gabungan TNI, Polri, dan masyarakat, menunjukkan komitmen terpadu dalam penanganan Karhutla.
Patroli difokuskan pada koordinat 0°25'22.4"N 103°21'42.6"E, wilayah rawan kebakaran di Desa Sungai Danai. Hasilnya, tidak ditemukan titik api maupun asap, membuktikan efektivitas upaya pencegahan yang dilakukan. Sertu Ratno menekankan pentingnya sinergi antar-pemangku kepentingan untuk meminimalisir risiko Karhutla.
“Kami membangun jaringan penanganan terpadu dengan melibatkan TNI, Polri, pemerintah desa, dan masyarakat. Ini langkah strategis untuk deteksi dini dan respons cepat,” ujar Sertu Ratno. Kolaborasi ini tidak hanya bersifat reaktif, tetapi juga mengedepankan pendekatan preventif melalui sosialisasi dan pelibatan warga.
Keikutsertaan dua orang masyarakat dalam patroli menjadi bukti nyata pemberdayaan lokal. Babinsa aktif mendorong partisipasi warga sebagai ujung tombak pengawasan, mengingat mereka yang paling memahami kondisi lapangan. “Masyarakat adalah mitra utama. Mereka dilatih untuk mengenali tanda-tanda kebakaran dan melapor segera,” tambahnya.
Selain patroli, Sertu Ratno mengkoordinasikan pemetaan wilayah rawan Karhutla berbasis data historis dan kondisi aktual. Pemetaan ini menjadi acuan untuk menempatkan posko pengawasan dan menyusun skala prioritas intervensi. “Kami identifikasi daerah yang sering terbakar, lalu fokuskan pengawasan dan pembinaan di sana,” jelasnya.
Upaya lain yang digalakkan adalah pembentukan kelompok siaga Karhutla di tingkat dusun. Kelompok ini dibekali pengetahuan dasar pemadaman api dan alat sederhana seperti pompa air. Harapannya, mereka bisa menjadi lini pertama penanganan sebelum bantuan datang. “Keterlibatan masyarakat dalam kelompok siaga memperkuat ketahanan desa,” tegas Sertu Ratno.
Dukungan pemerintah desa juga crucial. Babinsa mendorong integrasi program Karhutla ke dalam musyawarah desa, termasuk alokasi dana untuk pelatihan dan peralatan. “Kami ingin penanganan Karhutla masuk prioritas pembangunan desa,” ucapnya. Sinergi ini diharapkan menciptakan sistem berkelanjutan yang tidak hanya mengandalkan insidental.
Kedepan, Sertu Ratno berencana memperluas jaringan dengan menggandakan LSM, akademisi, dan dunia usaha untuk pendanaan dan inovasi teknologi. “Penanganan Karhutla harus holistik, dari pencegahan hingga rehabilitasi. Kami optimis dengan kolaborasi ini, Desa Sungai Danai bisa jadi contoh wilayah tangguh Karhutla,” pungkasnya penuh semangat.