BBKSDA Riau Pastikan Kematian Bayi Gajah Laila Akibat Infeksi Virus EEHV

BBKSDA Riau Pastikan Kematian Bayi Gajah Laila Akibat Infeksi Virus EEHV
Ilustrasi (foto: Akal Imitasi).

Pekanbaru - Tanda tanya pemerhati Konservasi di Provinsi Riau, terkait penyebab Kematian anak Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) bernama Laila di Pusat Konservasi Gajah (PKG) Sebanga, Kabupaten Bengkalis, akhirnya terjawab yakni disebabkan infeksi Elephant Endotheliotropic Herpes Virus (EEHV).

Penyebabnya didapat setelah hasil pemeriksaan laboratorium Medica Satwa Laboratoris di Bogor terhadap sampel jaringan dan organ yang diserahkan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, rampung dilakukan.

Kepala BBKSDA Riau, Supartono, mengatakan hasil uji laboratorium menunjukkan Laila positif terinfeksi virus Elephant Endotheliotropic Herpes Virus (EEHV) yang menyerang organ hati (hepar). 

“Berdasarkan pemeriksaan laboratorium, penyebab kematian Laila adalah infeksi virus EEHV,” kata Supartono di Pekanbaru, Senin (15/12/2025).

EEHV, jelas Supartono, merupakan virus herpes yang secara khusus menyerang gajah, terutama anak gajah, dengan tingkat kematian yang tinggi. 

“Penyakit ini dikenal berkembang sangat cepat dan sulit ditangani, serta hanya menular antar gajah,” jelas Supartono.

Ia menegaskan hasil pemeriksaan ini menjadi dasar evaluasi dan langkah pencegahan ke depan guna melindungi gajah-gajah lain di kawasan konservasi, khususnya anak gajah yang rentan terhadap infeksi mematikan tersebut.

Laila, anak gajah betina berusia 1 tahun 6 bulan, merupakan hasil kelahiran alami pada 6 April 2024 dari induk bernama Puja dan pejantan Sarma. Sejak lahir, Laila berada dalam pemantauan ketat tim medis dan mahout di PKG Sebanga.

Supartono menjelaskan, kondisi kesehatan Laila mulai menurun pada 20 November 2025. Saat itu, Laila terlihat kurang aktif meski nafsu makan dan minum masih normal. 

Mengatasi hal tersebut, tim medis BBKSDA Riau segera melakukan pemeriksaan dan memberikan penanganan awal berupa cairan infus, obat-obatan, serta pemantauan intensif setiap dua jam.

“Hasil pemeriksaan awal menunjukkan suhu tubuh masih dalam batas normal. Namun, kondisi terus kami pantau secara ketat,” ujarnya.

Pada malam 21 November 2025 hingga pukul 22.00 WIB, Laila masih terpantau makan, minum, dan menyusu. Namun sekitar pukul 00.30 WIB, Laila terdengar menjerit. Meski sempat berdiri dan kembali menyusu setelah penanganan, kondisi kritis berlanjut hingga dini hari.

“Sekitar pukul 05.30 WIB pada 22 November 2025, Laila dinyatakan mati dalam kondisi terbaring,” kata Supartono.

Untuk memastikan penyebab kematian, tim dokter hewan BBKSDA Riau segera melakukan nekropsi dan mengambil sampel jaringan serta organ vital. Sampel tersebut kemudian dikirim ke laboratorium untuk analisis lanjutan hingga akhirnya diketahui Laila terinfeksi virus EEHV

Ikuti Seribuparitnews.com di GoogleNews

Berita Lainnya

Index